Titi dan Aksan (Rachman/detikhot)
Jakarta Hubungan antara Titi Sjuman dengan pria yang kini jadi suaminya, Wong Aksan bagaikan kisah dalam buku roman. Keduanya mengawali jalinan romantis sebagai murid dan guru.
Titi masih berumur 17 tahun ketika berguru untuk menggebuk drum kepada Aksan. Ia mengaku, saat itu dirinya belum secantik sekarang. Lho?
Dulu, demikian Titi mengenang, dirinya seorang perempuan yang tomboi. Bahkan, bisa lebih macho daripada penampilan laki-laki.
Namun, sisi feminin pada dirinya berhasil di-explore setelah jatuh cinta pada sang guru. Meski berbeda umur hampir 11 tahun, Titi tak mempermasalahkannya. Tapi, bukan tanpa masalah ketika keduanya ingin mengukuhkan hubungan itu.
"Bedanya 11 tahun, Aksan naksir aku itu waktu umur 17 tahun. Akhirnya dia skip 3 tahunan nunggu aku lebih dewasa," ungkapnya saat ditemui di syuting acara 'Hitam Putih' Trans7 di Studio Hanggat, Jakarta Selatan, Kamis (20/10/2011).
Titi juga mengaku saat itu mengalami masa-masa sulit. Bahkan, ia dan Aksan sering makan di warteg.
Meski begitu, ia menilai hal tersebut sebagai sesuatu hal yang patut disyukuri. Menurutnya yang paling penting adalah romantismenya.
"Suka makan di warteg sama Aksan. Itu satu bentuk romantisme. Nggak perlu kirimin bunga, dibikinin puisi, naik Mercy atau makan di resto mahal. Tapi cuma sebungkus nasi warteg," kisahnya.
Titi masih berumur 17 tahun ketika berguru untuk menggebuk drum kepada Aksan. Ia mengaku, saat itu dirinya belum secantik sekarang. Lho?
Dulu, demikian Titi mengenang, dirinya seorang perempuan yang tomboi. Bahkan, bisa lebih macho daripada penampilan laki-laki.
Namun, sisi feminin pada dirinya berhasil di-explore setelah jatuh cinta pada sang guru. Meski berbeda umur hampir 11 tahun, Titi tak mempermasalahkannya. Tapi, bukan tanpa masalah ketika keduanya ingin mengukuhkan hubungan itu.
"Bedanya 11 tahun, Aksan naksir aku itu waktu umur 17 tahun. Akhirnya dia skip 3 tahunan nunggu aku lebih dewasa," ungkapnya saat ditemui di syuting acara 'Hitam Putih' Trans7 di Studio Hanggat, Jakarta Selatan, Kamis (20/10/2011).
Titi juga mengaku saat itu mengalami masa-masa sulit. Bahkan, ia dan Aksan sering makan di warteg.
Meski begitu, ia menilai hal tersebut sebagai sesuatu hal yang patut disyukuri. Menurutnya yang paling penting adalah romantismenya.
"Suka makan di warteg sama Aksan. Itu satu bentuk romantisme. Nggak perlu kirimin bunga, dibikinin puisi, naik Mercy atau makan di resto mahal. Tapi cuma sebungkus nasi warteg," kisahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar